Selasa, 18 April 2017

Komponen dan Organisasi Kurikulum

                                Komponen dan Organisasi Kurikulum
                Untuk melaksanakan fungsi pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka diperlukan suatu program pendidikan yang disusun secara sistematis dan logis. Program tersebut bisa berupa komponen dan organisasi dari kurikulum itu sendiri.
A.      Komponen Kurikulum
Komponen-komponen kurikulum terbagi atas empat bagian, yaitu:
1.       Komponen Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
·         Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes, knowledge, and ability so that they can manage their personal and collective life to the greatest possible extent.
·         Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by coverring them an equal basic education.
·         Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation but also guide education towards mutual understanding and towards what has become a worldwide realization of common destiny.)
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam komponen tujuan, hendaknya yang ingin dicapai adalah kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Sehingga suatu pembelajaran akan tercapai tujuannya dengan adanya komponen kurikulum yang baik.
2.       Komponen Isi/Materi
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis.
Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :
·         Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
·         Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
·         Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
·         Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
·         Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
3.       Komponen Proses
Dalam pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajrarkan peserta didik, baik disekolah maupun diluar sekolah. Dalam konteks inilah guru dituntut untuk melakukan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar.
Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
4.       Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum”
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so on.”
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and integration.”
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan angket dan sebagainya.

B.      Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid.
1.       Faktor-Faktor pada Organisasi Kurikulum
Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan, yakni
·         Ruang lingkup (Scope), Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
·         Urutan bahan (Sequence), Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
·         Kontinuitas, Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif .
·         Keseimbangan, Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.
·         Integrasi atau keterpaduan, Yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.

2.       Model Organisasi Kurikulum
·         Subject-sentered curriculum
·         Corralet curriculum
·         Broad fild curriculum
·         Integreted curriculum
·         Core curriculum
·         Activity Curriculum

3.       Prosedur Mengorganisasi Kurikulum
·         Prosedur Employee
Prosedur employee ini bersifat sangat umum. Dalam prosedur ini, peran guru sangat penting karena pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum ditentukan berdasarkan penguasaan isi kurikulum tersebut dikalangan guru, baik secara perorangan maupun kelompok. Lagi pula, harus di pertimbangkan faktor kepercayaan guru terhadap materi tersebut, dalam manfaat nya bagi para siswa. Dalam kenyataan nya prosedur ini di terapkan juga ke dalam prosedur lainya.
·         Prosedur Buku Pelajaran
Dalam Prosedur buku pelajaran (the book procedure) ini, pemilihan isi kurikulum didasarkan pada materi yang terkandung di dalam sejumlah buku pelajaran yang telah di pilih oleh panitia tertentu. Hal ini diasumsikan karena buku-buku tersebut di tulis dan di susun oleh seorang ahli dalam bidang tertentu. Sebagai tambahan pula, buku tersebut disusun berdasarkan kebutuhan.
·         Prosedur Survei Pendapat peran guru sangat penting
Dalam survei pendapat (the survei of opinions procedure) ini, pemilihan, pengorganisasian, atau reorganisasi isi kurikulum dilakukan dengan mengadakan survei atau penelitian terhadap pendapat berbagai piha. Dengan survei ini, akan terkumpul banyak informasi berupa masalah-masalah sosial yang dijadikan sebagai bahan untuk dipelajari atau dipecahkan oleh anak-anak di sekolah. Cara yang di tempuh adalah dengan mengadakan angket atau wawancara terhadap berbagai kelompok masyarakat, seperti para ahli, termasuk guru, spesialis dalam pendidikan profesional, pemimpin dan tokoh masyarakat, masyarakat umum, dan para siswa. Hasil dari survei inilah yang kemudian yang dijadikan isi kurikulum sekolah.
·         Prosedur Studi Kesalahan
Prosedur studi kesalahan (the study of errors procedure) ini dilaksanakan dengan mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, dan kelemahan dari pengalaman kurikuler, misal nya dengan memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku yang di proleh melalui kurikulum tersebut. Setelah kelemahan dan kesalahan yang terjadi diketahui, di lakukan perbakan dengan materi kurikulum yang baru. Perbaikan kurikulum bersifat menyeluruh, melainkan hanya sebagian saja. Sebagai contoh, dalam bidang studi IPS, ketika diketahui bahwa beberapa kelompok atau suku kurang mempunyai hubungan yang baik, maka dengan memperbaiki kembali serangkaian pengalaman kurikuler yang di perlukan, di harapkan akan terjadi hubungan saling mengerti dan kerja sama yang baik.
·         Prosedur Mempelajari Kurikulum Lainnya

Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (the study of other curriculum procedure). Dengan mempelajari kurikulum sekolah lain, guru atau sekolah dapat menerapkan dan menentukan isi kurikulum untuk sekolah nya, sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar