Sabtu, 19 Desember 2015

memaafkan

Suatu kesalahan bisa saja dilakukan oleh semua orang. Orang baikkan maupun orang biasa. Semua juga pasti pernah berbuat salah. Sekarang giliran kita memaafkan antar sesama. Allah saja seelalu memaafkan hamba-Nya. Lantas apa yang mesti kita sombongkan dengan tidak memberi maaf. Dan jika memaafkan orang, maafkanlah dengan tulus. Memaafkan dengan tulus berarti kamu tidak akan menyalahkannya lagi. Bukan malah mengungkit-ungkitnya lagi. Just forgive others.

Kamis, 17 Desember 2015

cerpen kehidupan

Caraku menghitung detik
(KARYA MARDHIAH MZ)

Terbesit suatu keheningan sang surya yang harus kita lampaui. Mengartikan aku akan deraian hidup penuh makna, penuh liku, penuh perjuangan. Hidup ini berat, namun apapun yang terjadi kita harus bisa melewatinya. Hidup ini ibarat sebuah buku tulis. Disaat sebuah pena menari gesit di atasnya dan memenuhinya dengan berbagai macam tinta, ia akan terisi, namun selalu ada lembaran baru untuk kita bisa melukiskan semua alur cerita yang akan kita tempuh. Begitulah hidup, selalu penuh warna dan lembaran baru yang harus kita warnai sebelum maut merenggut nyawa kita. Setiap detik dari kehidupan, pasti mempunyai makna. Tergantung bagaimana cara kita untuk mengartikan hidup.
Bunga, itulah namaku. Nama singkat yang diberikan Ayahku. Aku lahir dalam kemelut senja yang dihinakan. Bunda meninggal saat  melahirkanku. Sesudah kehilangan Bunda, 5 bulan kemudian Ayahku meninggal. Berat rasanya memanggul hidup tanpa orang tua. Aku harus menjalani semuanya sendirian. Tak ada seorangpun yang ada dihidupku. Kecuali temen-temen jalanan yang aku punya. Mia, Keila dan Om Brewo yang merawatku sejak kecil. Tapi, mana mungkin mereka peduli sama semua masalah yang aku punya. Toh meraka punya masalah sendiri yang harus mereka selesaikan. Intinya aku harus rela menanggung hidupku sendirian. Sampai kapan ya? Mungkin sampai pangeran tampan datang menjemputku. Sebelum itu tergapai, aku harus menemukan caraku sendiri menghitung detik untuk melewati hidup.
Hidup ini emang sulit. Apa lagi kalo harus jadi gembel. Mau sekolah, gak bisa. Mau belanja, gak bisa. Mau liburan, juga gak bisa. Gak ada yang bisa aku lakuin selain kerja, kerja dan kerja. Mungkin, jika kalian berada diposisiku, kalian gak bakalan tahan. Sama seperti Mia dan Keila. Mereka gak bisa menerima kenyataan. Mereka selalu salah menilai hidup. Bahkan mereka nyari duit dengan cara gak halal. Semua mereka lakuin buat dapetin duit. Nyuri, nyopet, dan hal-hal lain yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim. Berbeda denganku, aku sangat menghargai agamaku. Meskipun aku hanya seorang gembel, aku masih punya sanubari untuk selalu menjaga semua amalanku.
“Mau kemana loe? Kerja? Ranjin banget sih?” Tanya Mia ketika melihatku berpakaian rapi.
“Ngapain sih loe kerja. Mending kayak gue sama Mia. Kerjanya gak susah. Trus dapet duit banyak.” Sambung Keila.
“Gak Kei, makasi ya. Aku gak mau dosa. Aku takut Tuhan marah sama aku. Allah menciptakan kita untuk berbuat kebaikan. Bukan kejahatan.”
“Kalo semua orang baik, ntar malah gak ada yang jahat. Neraka kosong dong.” Saut Mia.
“Terserah deh kalian mau bilang apa. Yang penting aku udah ngingetin kalian.”
“Hahahhahahahha.” Keduanya tertawa. Emangnya lucu ya?
“Kenapa kalian ketawa? Bunga bener, kita harus menjadi orang baik. Meskipun nasib kita gak seberuntung orang lain. Om gak pernah ngajarin kalian untuk jahat.” Tambah Om Brewo yang datang tiba-tiba datang sambil batuk-batuk. Kayaknya  Om Brewo lagi sakit deh.
“Ahh,, Om sih selalu belain Bunga. Males kami dengernya. Mia, cari duit lagi yok. Biar kita kaya n cepet-cepet keluar dari gubuk reot ini.” Keila ngajak Mia untuk kerja. Entah profesi apa yang sedang mereka genggam.
Aku berjalan melewati puing-puing hembusan angin yang menerpaku. Tempat kerjaku lumayan jauh. Saat kakiku terus melangkah, benakku beralih kemasa yang dulu pernah ku lalui. Suram banget. Ilmu, aku gak punya. Harta, juga enggak. Apa yang bisa aku banggakan dari diriku? Aku hanya bisa menjadi tukang bersih-bersih di sebuah sekolah menengah atas. Hanya itu yang bisa aku lakukan dengan usiaku yang masih 16 tahun. Aku tetap mancoba untuk tabah.
Sesampai di SMU 49 jakarta, seperti biasanya, aku langsung ngambil sapu lidi dan membersihkan semua halaman sekolah. Setelah itu, membersihkan semua toilet yang joroknya minta ampun. Padahal, tiap hari aku bersihin. Kemudian, selesailah pekerjaanku. Tiba waktunya aku nyantai sejenak. Kurebahkan semua keletihan yang kurasakan. Dibawah sebuah pohon, aku terduduk manis sambil melamun.
“Loe kok mau sih kerja kayak beginian? Emangnya Loe gak capek?”
terdengar suara tak asing di telinga ku. Aku menolehnya. Ternyata benar, itu dicky. Salah satu murid kelas XII yang sekolah disini. Dia cowok popular disini. Tapi dia sama sekali gak sombong. Aku salut sama dia. Udah ganteng, baik, gak sombong. Hmm salut??? Atau cinta ya??? Ahhhh entah lah.
“Capek sih. Tapi aku gak boleh ngeluh. Allah gak suka sama orang yang ngeluh. Lagian, kerjaan ini kan halal. Aku bakalan kerja apapun selama pekerjaan itu halal.” Jawabku.
“Hati loe mulia banget sih. Pakek jilbab lagi. Loe beda sama cewek lain yang pernah gue kenal.” Kata Dicky menyanjungku, membuat hatiku lebih nyaman dan ingin menjadi orang yang jauh lebih baik untuk semua orang.
“Kamu juga beda sama cowok lain yang aku kenal.” Balasku sambil tersenyum riang.
“Apa coba bedanya?” Tanya nya merayu.
“Kasih tau gak ya.” Jawabku sambil tertawa melihatnya gondok.
Kemudian, aku pun berlari. Eitttsss dia ngejar aku. Jayus banget sih ni cowok. Sambil tertawa riang, kami main kejar-kejaran. Udah kayak anak kecil lagi. Hmm,, tiba-tiba aku menabrak orang.
“Eh loe. Gak punya mata ya? Lagian, ngapain sih loe godain dicky? Nyadar dong, loe tu Cuma gembel. Gak pantas sama Dicky. Yang pantas tu gue.” Ternyata itu Feby. Cewek terpopuler dan terkaya disini.
“Eh, jaga ya mulut loe. Bunga gak deketin gue. Gue yang deketin dia. Dan loe, gak pantes buat gue.” Kata Dicky sambil mambawaku pergi dari situ.
Lagi-lagi dihina. Emangnya orang miskin gak berhak punya temen? Atau, orang miskin cuma boleh temenan sama orang miskin juga. Kenapa hidup begitu menyiksa? Kapan semua tangisku bisa menjadi senyum kebahagiaan? Tuhan, aku gak sanggup terusan dihina. Gantikan tangisku dengan senyum kedamaian.
“Bunga, loe kenapa sedih gitu? Tadi siapa yang anterin loe pulang?” Tanya Mia ketikaku sampai di rumah.
“Aku gak kenapa-kenapa kok. Tadi tu Dicky. Murid di sekolah tempat aku kerja.”
“Wah, enak banget loe dianterin sama cowok ganteng. Besok gue ikut donk ketempat loe kerja. Boleh kan?” Tanya Keila.
“Iya. Boleh kok. Tapi kamu jangan macam-macam ya…”
“Siippp. Beres tu. Yaudah, gue mau nyari duit dulu ya.” Kata Keila.
“Kei, tunggu deh, sebenarnya kamu sama Mia mau kerja apa sih? Kan mau magrib nih.” Tanyaku penasaran.
“Gue sama Mia nyopet Di, gue gak tau apa yang bisa gue kerjain lagi. Bakat, gue gak punya. Kalo gue kerja kayak loe, loe tau kan gue tu orangnya males banget. Jadi, gue gak tau apa yang harus gue lakuin lagi buat nyari duit.” Jelas Keila.
“Kei, Mi, kalian tu salah. Meskipun kita miskin, kita bisa ngelakuin apa aja. Yang penting kita punya keinginan. Kita harus mendekatkan diri kepada Allah. Kita harus selalu berada di jalan Allah. Allah yang udah menciptakan kita. Allah bisa mengambil kita kapanpun Dia mau. Bayangin deh kalo kita meninggal saat sedang berbuat dosa. Neraka nunggu kita.” Kataku mengingatkan Mia dn Keila.
“Di,, loe malaikat dari mana sih? Hati loe lembut dan suci banget. Gue pengen banget jadi loe. Apa sih yang loe pikirin tentang hidup loe? Kenapa loe selalu bisa tabah?” Tanya Mia.
“Yang aku pikirin, hidup adalah titipan Allah. Aku harus ngejalaninya dengan penuh kesabaran. Untuk apa kita ngeluh. Toh hidup juga akan begitu. Yang penting, kita harus berfikir dan berusaha untuk bisa merubah hidup menjadi lebih baik. Bukan berarti harus jadi orang kaya. Tetapi, kita cukup menjadi orang yang bisa membuat orang lain tersenyum.” Jelasku lagi.
“hei kalian, ngegosip mulu. Shalat sana. Uda waktu magrib ni.” Kata Om Brewo yang tiba-tiba masuk ke kamarku.
Om Brewo emang selalu ngingetin aku,mia, dan Keila untuk salat. Namun, baru kali ini Keila dan Mia mau salat. Aku seneng, sekarang Mia dan Keila udah terbuka hatinya. Mereka udah mau beribadah dan berjanji untuk mencari pekerjaan yang halal. Akhirnya, kepupusanku hilang. Kini, aku dapat  berarti untuk orang lain. Setidaknya, aku bisa menjadi guru untuk Mia dan Keila dalam belajar tentang agama islam. Yaaa walaupun sedikit bantuan dari Om Brewo. Tapi, aku tetap senang bisa berarti untuk mereka.
Lambai detik terus berganti. Mengisahkan ribuan ukiran terindah yang telah ku iringi. Sekarang, hidupku lebih bermakna. Ternyata, kemiskinan bukan sebuah penghalang untuk kita menemukan kebahagiaan. Tergantung cara kita sendiri untuk menafsirkan makna dari kebahagiaan tersebut. Bagiku, bahagia bukan berarti punya banyak duit. Tapi, biasa punya banyak temen dan bisa berarti untuk semua orang. Terlebih kalau kita bisa menjadi penyejuk bagi setiap orang yang melihat kita, bisa membuat orang selalu tersenyum. Itulah tujuan hidupku.
Aku seneng banget. Sekarang, Mia sama Keila udah berubah. Malah, sekarang mereka udah ikutan pakek jilbab. Mereka keliatan cantik dan anggun banget kalau lagi pakek jilbab. Om Brewo juga uadh sering muji mereka. Dan yang terpenting, mereka udah gak jadi copet lagi. Mulai besok, mereka kerja di sekolah tempat aku kerja. Akhirnya aku bisa liat mereka berubah. Kalau aku bayangin mereka yang dulu, sedih banget rasanya. Dikejar-kejar orang karena ketauan nyopet, suka mabuk, sering ke club malam. Pokoknya ancur banget deh. Malam ini, aku senang sekarang mereka berubah.
Malam terlarut dalam kekelaman. Ku rebahkan keletihan tubuhku di atas kasur. Aku terlelap dalam kekelaman sang malam. Ribuan mimpi indah manerpaku, temani malamku. Kata orang, mimpi itu hanya bunga tidur. Tapi, bagiku mimpi adalah sebuah anungrah. Buktinya aja, ngerasain apapun hanya di alam mimpi. Kalau kita mimpi jadi orang kaya, tentunya kita bisa ngerasain jadi orang kaya. Meskipun hanya di dalam mimpi.
Tak terasa, malam begitu cepat berlalu. Kini, sang surya mulai memancarkan cahayanya. Aku terbangun dan langsung berwudhuk, kemudian shalat. Lalu, menbersihkan rumah sebelum aku kerja.
“Mi, Kei, ntar kalian jaga sikap ya di tempat kerja. Pasti bakalan banyak yang ngejek kita. Kalian jangan emosian ya.” Kataku menginggatkan mereka.
“Iya. Loe tenang aja.” Jawab Mia.
“Bunga, perasaan gue gak enak nih. Gimana?” Kata Keila.
“Ah, palingan kamu grogi karena hari ini hari pertama loe kerja. Udah deh, loe tenang aja. Gak bakalan kenapa-kenapa kok.” Jawabku.
Kami pun berjalan menelusuri susunan aspal yang bersatu seolah mengantar kami ke sekolah. Sesampai di sekolah, kami langsung mengerjakan semua pekerjaan kami tanpa mengeluh. Pekerjaan hari  ini terasa lebih mudah karena di bantu sama teman-teman. Semua pekerjaan selesai lebih cepat. Artinya, kami masih punya banyak waktu untuk istirahat sebelum kami pulang kerumah. Aku, Mia dan Keila duduk di bawah pohon tempat istirahat yang sering ku singgahi.
“Hai, ini temen-temen loe ya. Kok gue gak di kenalin?” kata Dicky yang muncul tib-tiba.
“Kamu kok kayak jelangkung sih? Datang tak di undang, pulang tak diantar. Gak pakek salam lagi. Dasar.” Kataku.
“Hmm, iya deh. Maaf ya ustazah.” Jawabnya.
Kemudian, aku kenalin Dicky sama Mia dan Keila. Kami ngomong tentang banyak hal. Bercanda, tertawa. Huff, indah banget hari ini.
“Heh loe, berapa kali sih gue bilang, jangan deketin Dicky. Sekarang malah bawa temen-temen gembel loe buat godain Dicky.” Kata Feby yang tiba-tiba datang.
“Eh, jaga ya mulut loe. Meskipun kami gembel, kami masih punya harga diri. Gak kayak loe. Mau-maunya nge-date sama om-om, loe masih inget gue kan. Yang di caffe seventeen. Dan satu lagi, loe jangan pernah ganggu temen gue lagi.” Kata Keila membalas ancaman Feby.
“Udah Kei. Biarin aja.” Kataku.
“Tapi Di, gue sayang sama loe. Gue gak tega liat loe di apa-apain.”
“Well Well, loe mau tau gue mau ngapain dia? Sini loe.” Kata Feby sambil menarik tanganku. Tiba-tiba,, aggghhkkk,, perutku sakit banget. Tangan yang baru aku lepaskan dari perutku berlumur darah. Feby nusuk aku. Aku terjatuh
“Diiiiaaaahhhh.” Serempak Dicky, Mia dan Keila menyebut namaku.
“Loe gak boleh mati, demi gue.” Kata Dicky.
“Kamu harus tetap hidup, untuk aku.” Jawabku. Tiba-tiba, semuanya kelam. Tak ku rasa satu sentuhanpun. Nadiku berhenti. Aku belum sempat bilang sama Dicky kalau aku cinta dia. Semoga kami di pertemukan di kehidupan yang lain. Aku Bunga, aku meninggal saat umurku 16 tahun. Dan terima kasih untuk orang yang pernah hadir dalam hidupku. Aku sayang kalian semua.



Sigli, 08-11-12, oleh Mardhiah MZ 

MAKALAH CABANG-CABANG FILSAFAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Kata Pengantar
Filsafat adalah akar dari semua pengetahuan manusia, baik pengetahuan ilmiah maupun pengetahuan nonilmiah. Ibaratnya, filafat itu adalah sebuah payung yang di dalam paying itu ada pengetahuan lainya. Berdasarkan etimologinya, kata ilsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari dua kata, yaitu philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi, filsafat dapat diartikan “cinta kebijaksanaan”.
Sedangkan secara terminologis, pengertian filsafat (philosophy) menurut concise oxford English dictionary (tenth edition) adalah studi tentang hakikat dasar dari pengetahuan, kenyataan, dan keberadaan (eksistensi). Aristoteles mengatakan bahwa filsafat manyelidiki sebab dan asas segala benda. Fuad Hassan mengatakan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiyar untuk berpikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak diperrmasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Jadi, dapat dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga dapat diartikan pemikiran yang mendalam tentang suatu permasalahan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.   Cabang-cabang filsafat
Berfilsafat adalah suatu proses mencari hakikat kebenaran tentang realitas secara menyeluruh. Proses tersebut mencangkup lima dimensi yaitu mana yang disebut salah dan mana yang disebut benar (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), apa yang termaksud indah dan apa yang tidak indah (estetika), tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran dan kaitannya antara zat dan pemikiran, dan tentang politik.[1]
Aktivitas filsafat melibatkan akar pikir manusia secara utuh, konsisten dan bertanggungjawab. Dalam aktivitas akal itu para filsuf mencoba mengungkapkan tentang realitas. Kegiatan mengungkapkan realitas ini membutuhkan bahasa sebagai sarana bagi pemahaman terhadap realitas tersebut. Dari sini muncullah berbagai istilah teknis filsafati yang mengandung makna khas, seperti : substansi, eksistensi, impresi, kategori. Istilah-istilah teknis filsafati ini muncul dalam bidang-bidang utama filsafat, yakni : metafisika, epistemologi dan aksiologi.

1.      Metafisika
Metafisika adalah filsafat pertama dan bidang filsafat yang paling utama. Istilah metafisika itu sendiri berasal dari kata yunani meta da physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik. Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada dibelakang gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, mati. Archie J. Bahm mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu penyelidikan pada masalah perihal keberadaan. Dalam metafisika itu orang berupaya menemukan keberadaan itu memiliki sesuatu yang “kodrati”. Metafisika dapat didefinisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan.[2]
Pembagian metafisika :
a.       Metafisika Umum (Metafisika Generalis/Ontologi)
·         Idealisme      : realitas ada karena idea sehingga ide itulah yang abadi sebagai realitas.
·         Materialisme : realitas ada karena materi, sehingga materi itulah yang abadi sebagai realitas.
·         Dualisme      : mengambil kebaikan dari kedua teori yaitu idealisme dan materialisme.[3]
b.      Metafisika Khusus (Metafisika Spesifik)
·         Psikologi   : membicarakan tentang hakikat manusia.
·         Kosmologi : membicarakan tentang hakikat dan asal-usul alam semesta.
·         Theologi    : membicarakan hakikat keberadaan tuhan.
Metafisika berusaha memfokuskan diri pada prinsip dasar yang terletak pada berbagai pertanyaan atau yang diasumsikan melalui pendekatan intelektual. Setiap prinsip dinamakan “pertama”, sebab prinsip-prinsip itu tidak dapat dirumuskan ke dalam istilah lain yang mendahuluinya. Sebagai contoh : istilah prinsip pertama yang di gunakan aristoteles merupakan penjelasan mengenai alam semesta yakni, “penggerak yang tidak digerakkan”, dikatakan menjadi sebab dari segala gerak tanpa dirinya digerakkan oleh hal yang lain. Itu berarti istilah tersebut menjelaskan semua gerak, tetapi ia sendiri tidak membutuhkan penjelasan tentang dirinya sendiri.

Ø  Fungsi Metafisika
·         Metafisika mengajarkan cara berfikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisikus selalu mengembangkan pemikirannya untuk menjawab persoalan-persoalan yang bersifat enikmatik (teka-teki). Persoalan-persoalan semacam itu menuntut alur berpikir yang serius dan sungguh-sungguh.
·         Metafisika menuntut orisinalitas yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan. Artinya seorang metafisikus senantiasa berupaya hal-hal baru yang belup pernah diungkapkan sebelumnya. Sikap semacam ini menuntut kreativitas dan rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu permasalahan.
·         Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah praanggapan-praanggapan, sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.
·         Metafisika juga membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi di dalam melihat realitas, karna tidak ada kebenaran yang benar-benar absolut. Hal ini akan menjadikan visi ilmu pengetahuan berkembang menurut ramifisika (percabangan) yang sangat kaya dan beraneka ragam, sebagaimana yang terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.[4]
·         Metafisika disebut induk semua ilmu, karena ia merupakan kunci untuk mendeder pertanyaan paling penting yang dihadapi manusia dalam kehidupan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat mendasar dalam menentuka nasib akhir manusia serta kebahagiaan dan kemalangan abadinya.

2.     Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan berasal dari kata yunani episteme, yang berarti pengetahuan, pengetahuan yang benar,pengetahuan ilmiah, dan logos yang berarti teori. Epistemologi dapat di definisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya(validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah ”apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ”apa yang dapat saya ketahui?”.[5]       2  147
      Objek material epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntutan lainyang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan. Tetapi setiap perangkat aturan harus benar-benar mapan.sebab definisi tentang ”kepercayaan”, ”kebenaran” merupakan problem yang tetap yang terus menurus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat.[6]
      Epistemologi juga dikenal dengan beberapa nama seperti kriteriologi, kritika pengetahuan, gnoseologia, dan logika materia. Dinamakan kriteriologia karena menetapkan benar tidaknya pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran.kritika pengetahuan untuk memberikan tinjauan secara medalam dalam menentukan benar tidaknya pengetahuan yang di peroleh manusia. Gnoseologia dari kata gnosif (pengetahuan) dan logos (ilmu). Usaha untuk memperoleh hakikat pengetahuan (biasanya:yang bersifat keilahian). Logika material karena tugas epistimologi adalah berusaha menetapkan kebenaran suatu isi pemikiran, sedangkan yang berkaitan dengan jalur pemikiran dibahas dalam logika formal.
a.       Fungsi Epistemologi
Mempelajari epistemologi memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian, tanpa disadari kita sebenarnya menggunakan epistemologi dalam arti yang seluas-luasnya. Misalnya, tatkala dalam kehidupan masyarakat indonesia yang sedang di timpa kemalangan berupa masih tingginya angka kemiskinan, ternyata para wakil rakyat yang ada di DPR tiba-tiba berencana melakukan studi banding yang nilai sedemikian fantastik, 19,5 trilyun dan dana ini berarti empat kali lebih bsar dari dana program jaminan kesehatan masyarakat yang besarnya hanya 4,5 trilyun. Tidak heranlah jika masyarakat akhirnya melakukan resistensi-resistensi terhadap rencana DPR tersebut. Pertanyaannya, kenapa tindakan DPR tersebut mendapatkan resistensi? Hal itu tidak lain karena rencana DPR tersebut ”mencederai rasa keadilan masyarakat” yang saat ini sedang di rundung beragam kemalangan seperti masih minimnya tingkat kesejahteran. Tatkla jika kita melakukan penilaian terhadap rencana DPR dengan fakta empiris masih minimnya tingkat kesejahteraan sebagian besar masyarakat, maka sesungguhnya kita sedang melakukukan sebuah perbandingan antara satu realitas dengan realitas lain atau dalam konteks epistemologi meruapakan pemdekatan empiris.demikianlah, berepistemologi sebenarnya telah kita lakukan sehari-hari walaupun tanpa kita sadari. Dan inilah fungsi pertama epistemologi: sebagai landasan bagi tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, sebagai dasar bagi pengembangan kearifan dalam berpengetahuan. Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu, epistemologi melakukan infestigasi tentang sumber, struktur, dan metode pengetahuan. Pengetahuan epistemologi mendorong manusia untuk memiliki wawasan yang plural tentang pengetahuan dan oleh karenanya diharapkan akan mengembangkan kearifan masyarakat dalam berpengetahuan.
Ketiga, sebagai sarana mengetahui variasi kebenaran pengetahuan.karena pengetahuan itu beragam, tentu validitas kebenarannya juga beragam. Tingkat kebenaran filsafat, tentu adanya oerbedaan dengan tingkat kebenaran ilmiah. Demikian juga dengan kebenaran pengetahuan agama. Sesungguhnya dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup jika hanya mengandalkan pada satu kebenaran dan menafikkan kebenaran pengetahuan yang lain. Manusia berada dalam varietas kebenaran pengetahuan yang beraneka dan oleh karenanya kehidupan manusia mejadi lebih mudah dan mendekati kesempurnaan.
b.      Objek Pengetahuan
Objek dalam arti kamus adalah sesuatu yang dapat dilihat, disentuh, diindera, sesuatu yang dapat disadari secara fisik dan mental, suatu tujuan akhir dari kegiatan atau usaha,dan suatu hal yang menjadi masalah pokok suatu penyelidikan.
Pada hakikatnya objek pengetahuan manusia itu dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada atau wujud. Sehingga, objek pengetahuan manusia biasa disebut sebagai maujudat, entitas-entitas yang wujud.
Objek pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga:
1.      Objek empiris (objek rasa), yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya ada dan dapat di tangkap oleh indera lahir dan indera bathin.
2.      Objek ideal (objek bukan rasa), yaitu objek yang dasarnya tiada dan menjadi ada berkat kegiatan akal.
3.      Objek transenden (objek luar rasa), yaitu objek yang pada dasarnya ada tetapi berada di luar jangkauan pikiran dan perasaan manusia.

c.       Sumber Pengetahuan
Terdapat beberapa variasi sumber pengetahuan menurut beberapa pemikir sebagai berikut:
1.      Harold titus,dkk. Dalam persoalan-persoalan filsafat (1984:198) menjelaskan bahwa sumber pengetahuan yang mungkin bagi manusia ada empat:
·         Kesaksian sumber kedua: berdasarkan pada otoritas.
·         Indera sebagai sumber: berdasarkan kepada persepsi indera.
·         Pemikiran sebagai sumber: berdasarkan pada akal.
·         Dalam diri sendiri sebagai sumber: berdasar kepada intuisi.
2.      Mulyadi kartanegara dalam pengantar epistemologi islam (2003:18) menjelaskan bahwa sumber pengetahuan yang mungkin bagi manusia ada tiga:
·         Indra
·         Akal
·         Hati(intuisi)
3.      Syamsudin arif dalam prinsip-prinsip dasar epistemologi islam (2005:27) menjelaskan bahwa pengetahuan itu dimungkinkan berasal dari empat sumber:
·         Persepsi indra
·         Proses akal sehat
·         Informasi yang benar

4.      Amtsal bakhtiar dalam filsafat umum (2005:98) menjelaskan sumber pengetahuan ada empat yaitu:
·         Empirisme (pengalaman).
·         Rasionalisme (akal)
·         Intuisi
·         Wahyu
Beragam pemikiran para ahli tentang sumber pengetahuan diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa sumber pengetahuan yang dimungkinkan bagi manusia adalah sebagai berikut:
·         Sumber pengetahuan berasal dari pengalaman yang bersandar dari persepsi indra.
·         Sumber pengetahuan berasal dari pemikiran yang bersandar dari akal/rasio.
·         Sumber pengetahuan intuitif yang bersandar pada hati.
·         Sumber pengetahuan yang bersandar pada berita yang benar.
Terkait dengan sumber-sumber pengetahuan ini telah disinyali al-quran dalam ayat berikut:
( 138)لِلْمُتَّقِينَ وَمَوْعِظَةٌ وَهُدًى لِلنَّاسِ بَيَانٌ هَذَ
Artinya: (Al-Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS.Ali-Imran 3:138)

لأَعْيُنٌ وَلَهُمْ بِهَا يَفْقَهُونَ لا قُلُوبٌ لَهُمْ الإنْسِ وَ الْجِنِّ مِنَ كَثِيرًا لِجَهَنَّمَ ذَرَأْنَا وَلَقَدْ
(179)الْغَافِلُونَهُمُ أُولَئِكَ أَضَلُّ هُمْ بَلْ كَالأنْعَامِ أُولَئِكَبِهَا يَسْمَعُونَ لا آذَانٌ وَلَهُمْ بِهَا يُبْصِرُونَ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al-A’raf 7:179).[7]
d.      Klasifikasi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang di bangun dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Pengetahuan biasa
·         Pengetahuan ilmiah
·         Pengetahuan filsafati
·         Pengetahuan agama
Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Pengetahuan indrawi
·         Pengetahuan akal budi
·         Pengetahuan intuitif
·         Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif [8]
Pengetahuan berdasarkan kepentingannya :
·         Pengetahuan dominatif
·         Pengetahuan deskriptif
·         Pengetahuan emansipatoris

e.       Kadar Pengetahuan
Sebenarnya tatkala membahas tentang kadar pengetahuan, kita sesungguhnya membahas persoalan derajat kebenaran pengetahuan. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa pengetahuan pada hakikatnya terletak pada keputusan, maka sesungguhnya yang kita bahas ini adalah kebenarannya kekhususan yang dibuat oleh subjek terhadap objek yang diketahui.
Sebelum membahas lebih lanjut perlu dipahami dua istilah yang sering kali dirancukan yaituistilah benar dan tepat. Istilah benar menyangkut isi pengetahuan sendiri, sedangkan tempat berkenaan dengan jalan yang di tempuh untuk mencapai pengetahuan yang di anggap benar itu. Pengetahuanadalah tanggapan subjekterhadap objek yang diketahui. Tanggapan dengan demikian merupakan penilaian subjek terhadap objek. Oleh karena itu,dalam hal ini kebenaran ada dua sisi :
·         Benarnya fakta(bukti) adalah kebenaran objek(dunia luar).
·         Benarnya ide( tanggapan) adalah kebenaran subjek(dunia dalam).

Fakta bersifat objektif, sehingga fakta tidak bisa salah atau dipersalahkan karena memang demikian adanya sekalipun bernilai negatif oleh karena itu ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu bahwa faktanya benar dan tanggapan subjek benar atau faktanya benar dan tanggapan subjeknya salah.bobot kebenaran itu berjenjang dalam tiga macam yaitu :
·         Kebenaran mutlak atau absolut
·         Kebenaran nisbi atau relatif
·         Kebenaran dasar [9]

3.     Logika
Logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani, logikos yang berasal dari kata benda logos yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal, kata, percakapan, dan bahasa. Secara etimologi, logika berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika juga dapat dikatakan sebagai cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan, serta criteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
a.       Hukum Dasar Logika
Ada empat hukum dasar logika yang oleh John Stuart Mill (1806-1873) disebut sebagai postulat-postulat universal semua penalaran.
·         Hukum identitas, yang menegaskan bahwa sesuatu itu adalah yang sama dengan dirinya sendiri.
·         Hukum kontradiksi, yang menyatakan sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu.
·         Hukum tiada jalan tengah, yang mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak. Dan tidak memiliki kemungkinan lain.
·         Hukum cukup alasan, yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu haruslah berdasarkan alasan yang cukup.[10]

b.      Tempat Logika dalam Peta Ilmu Pengetahuan
Aristoteles (384-322) membagi ilmu pengetahuan kedalam tiga kelompok. Yaitu :
·         Filsafat spekulatif atau teorites, yang bersifat objektif dan bertujuan pengatehuan demi pengetahuan itu sendiri.
·         Filsafat praktika, member pedoman bagi tingkah laku manusia.
·         Filsafat produktif, yang membimbing manusia menjadi produktif lewat keterampilan khusus.[11]


4.     Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian,maka aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut bramel dalam amtsal bakhtiar(2004) aksiologi terbagi dalam tiga bagian:
·         Moral konduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika.
·         Esthetic expresion, yaitu ekspresi keindahan.
·         Sosiopolitical life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.[12]
Aksiologi disamakan dengan value and valuation. Ada tiga bentuk value and valuation, yaitu : pertama, nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik ,dan bagus. Dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Kedua, niali sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata nilai pakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai. Ketiga,nilai juga digunakan sebagai kata kerja dala ekspresi menilai,memberi nilai, dan dinilai.

a.       Ciri nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sebuah kualitas. Kualitas sebuah benda menurut Scheler dapat dibedakan menjadi tiga:
·         Kualitas primer yaitu kualitas benda yang tidak boleh tidak mesti ada dalam sebuah benda
·         Kualitas sekunder, yaitu kualitas sebuah benda yaitu warna
·         Kualitas tersier, yaitu kualitas keindahan sebuah benda sebagai kualitas nilai, buakn merupakan bagian yang menentukan bagi keberadaan objek.
Nilai merupakan kualitas tidak nyata dalam arti kualitas tersebut tidak membentuk bagian dari objek yang mewujudkannya sebagaimana kualitas pertama(misalnya bentuk dan keluasan) dan kualitas kedua(misalnya warna dan bau)yang ikut menentukan keberadaan hal yang bersangkutan.
Frondizi menjelaskan bahwa setidaknya nilai memiliki ciri sebagai berikut:
·         Bersifat parasit
·         Hierakhis
·         Non-substansi
Mudlor(1994) menjelaskan bahwa nilai banyak ragam.ia menyebut beberapa nilai sebagai berikut :
·         Nilai hidup (sehat-sakit)
·         Nilai guna (manfaat-mudlorat)
·         Nilai intelek (cerdas-bebal)
·         Nilai estetiks(harum-busuk)
·         Nilai etika(bakti-durhaka)
·         Nilai religi(taat-ingkar)

b.      Objektitas dan subjektivita nilai
·         Objektivisme dan realisme aksiologi
Menurut pandangan ini, penetapan nilai merupakan sesuatuyang dianggap objektif. Nilai, norma, dan ideal merupakan unsure atau benda dalam objek atau berada dalam realitas objektif, atau dianggap berasal dari suatu objek melalui ketertarikan. Nilai berada dalam suatu objek. Nilai terletak dalam realitas.
·         Subjektivisme aksiologi
Teori-teori yang berkenaan dengan pandangan ini mereduksi nilai ke dalam pernyataan yang terkait dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi. Nilai memiliki realitas hanya sebagai suatu keadaan pikiran terhadap suatu objek. Subjektivitas aksiologi cenderung mengabsahkan teori etika hedonisme.
·         Relasionalisme aksiologi
Pendapat ini berasal dari teori yang menyatakan bahwa nilai adalah relasi saling terkait antara variable-variabel atau sebuah produk variable-variable yang saling berinteraksi. Nilai tidak bersifat privat (subjektif) tetapi bersifat public, meskipun tidak bersifat objektif dalam arti lepas dari berbagai kepentingan.
·         Minimalisme atau skeptisisme aksiologi
Teori ini berpandangan bahwa penentuan nilai adalah ekspresi emosi atau usaha untuk membujuk. Dalam perspektif ini, nilai adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dan bersifat emotif, meski memiliki makna yang factual. Nilai sama sekali tidak dapat digambarkan sebagai keadaan suatu subjek, objek, atau sebagai hubungan.
            Ada dua cabang aksiologi, yaitu :
1.     Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos dan ethic. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan tingkah laku yang baik. Kata ini dekat dengan kata moral yang berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, watak, kelakuan, dan cara hidup. Etika pada hakikatnya membahas tentang rasionalitas nilai tindakan manusia, tentang baik dan buruknya suatu tindakan. Karena itu, etika juga sering disebut filsafat moral.
Filsafat moral atau etika membahas tentang persoalan bagaimana seharusnya manusia bertindak. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup semua manusia, teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Ada tiga macam etika, yaitu :
·         Etika deskriptif           : Etika deskriptif mengurai dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral secara deskriptif.
·         Etika normatif             : etika normatif dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan. Etika ini mengandung dua bagian besar, yaitu teori nilai dan teori keharusan.
·         Meta-etika                   : meta-etika adalah studi analitis terhadap disiplin etika. Teori-teorinya adalah teori naturalitis, kognitivis, intuitif, subjektif, emotif, dan imperatif.

2.     Estetika
estetika berasal dari bahasa Yunani aesthesis yang berarti pencerapan inderawi, pemahaman intelektual. Estetika adalah cabang filsafat yang memperkenalkan seni dan keindahan. Estetika juga disebut sebagai filsafat seni, filsafat keindahan, filsafat cita rasa, dan filsafat kritisisme. Estetika filsafat dengan demikian pada hakikatnya  adalah rasionalitas tentang nilai keindahan.
Estetika dibagi menjadi dua, yaitu estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan. Estetika normatif mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan.
a.       Perihal Keindahan
Mortimer Adler mengatakan bahwa keindahan adalah sifat dari sesuatu benda yang member kita kesenangan yang tidak berkepentingan yang bisa kita peroleh semata-mata dari memikirkan atau melihat benda individual itu sebagaimana adanya.
Immanel Kant member definisi keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan tidak melalui kesan ataupun konsep, melainkan dengan kemestian yang subjektif dalam suatu cara yang seketika, semesta, dan tidak berkepentingan.
b.      Macam-Macam Keindahan
Keindahan memiliki ragam yang banyak, ia dapat mencangkup keindahan Tuhan, jagad raya, ketertiban gagasan, ketertiban moral, dan ditambah ketertiban dalam alam dan ketertiban dalam seni. Menurut Adolf Zeising, 6 kategori keindahan disusun sebagai: murni indah, agung, tragis, humoristis, komis, menarik.[13]

5.     Cabang-Cabang Khusus Filsafat
a.      Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
·         Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
·         Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
·         Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
b.      Filsafat Ilmu khusus
·         Interdisipliner adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
·         Filsafat Ilmu fisika.Fisika (Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis), "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
·         Filsafat matematika. Filsafat matematika adalah studi besaranstrukturruang,   dan perubahan.
·         Filsafat Biologi.Filsafat biologi adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah "biologi" dipinjam dari bahasa Belandabiologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos ("lambang", "ilmu").
·         Filsafat Ilmu Sosial. Filsafat ilmu soaial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
·         Filsafat Liungistik. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari.

BAB II
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metafisika adalah studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya(validitas) pengetahuan.
Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup semua manusia, teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Ada tiga macam etika.
Estetika adalah cabang filsafat yang memperkenalkan seni dan keindahan.
Logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.




[1] Rachmat Aceng, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal.108
[2] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal.10-11

[4] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal.12-16
[5] Rachmat Aceng, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal.147
[6] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal.17

[7] Esha In’am Muhammad, Menuju Pemikiran Filsafat, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010) hal 101-108
[8] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal 23-26
[9] Esha In’am Muhammad, Menuju Pemikiran Filsafat, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010) hal.110-112
[10]Rapar Hendrik Jan, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2011) hal.52-53
[11] Rapar Hendrik Jan, Pengantar Logika, (Yogyakarta: Kanisius, 2012) hal.11
[12] Rachmat Aceng, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal.154-155
[13] Esha In’am Muhammad, Menuju Pemikiran Filsafat, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010) hal.119-135