Kamis, 17 Desember 2015

MAKALAH CABANG-CABANG FILSAFAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Kata Pengantar
Filsafat adalah akar dari semua pengetahuan manusia, baik pengetahuan ilmiah maupun pengetahuan nonilmiah. Ibaratnya, filafat itu adalah sebuah payung yang di dalam paying itu ada pengetahuan lainya. Berdasarkan etimologinya, kata ilsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari dua kata, yaitu philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi, filsafat dapat diartikan “cinta kebijaksanaan”.
Sedangkan secara terminologis, pengertian filsafat (philosophy) menurut concise oxford English dictionary (tenth edition) adalah studi tentang hakikat dasar dari pengetahuan, kenyataan, dan keberadaan (eksistensi). Aristoteles mengatakan bahwa filsafat manyelidiki sebab dan asas segala benda. Fuad Hassan mengatakan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiyar untuk berpikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak diperrmasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Jadi, dapat dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga dapat diartikan pemikiran yang mendalam tentang suatu permasalahan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.   Cabang-cabang filsafat
Berfilsafat adalah suatu proses mencari hakikat kebenaran tentang realitas secara menyeluruh. Proses tersebut mencangkup lima dimensi yaitu mana yang disebut salah dan mana yang disebut benar (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), apa yang termaksud indah dan apa yang tidak indah (estetika), tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran dan kaitannya antara zat dan pemikiran, dan tentang politik.[1]
Aktivitas filsafat melibatkan akar pikir manusia secara utuh, konsisten dan bertanggungjawab. Dalam aktivitas akal itu para filsuf mencoba mengungkapkan tentang realitas. Kegiatan mengungkapkan realitas ini membutuhkan bahasa sebagai sarana bagi pemahaman terhadap realitas tersebut. Dari sini muncullah berbagai istilah teknis filsafati yang mengandung makna khas, seperti : substansi, eksistensi, impresi, kategori. Istilah-istilah teknis filsafati ini muncul dalam bidang-bidang utama filsafat, yakni : metafisika, epistemologi dan aksiologi.

1.      Metafisika
Metafisika adalah filsafat pertama dan bidang filsafat yang paling utama. Istilah metafisika itu sendiri berasal dari kata yunani meta da physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik. Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada dibelakang gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, mati. Archie J. Bahm mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu penyelidikan pada masalah perihal keberadaan. Dalam metafisika itu orang berupaya menemukan keberadaan itu memiliki sesuatu yang “kodrati”. Metafisika dapat didefinisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan.[2]
Pembagian metafisika :
a.       Metafisika Umum (Metafisika Generalis/Ontologi)
·         Idealisme      : realitas ada karena idea sehingga ide itulah yang abadi sebagai realitas.
·         Materialisme : realitas ada karena materi, sehingga materi itulah yang abadi sebagai realitas.
·         Dualisme      : mengambil kebaikan dari kedua teori yaitu idealisme dan materialisme.[3]
b.      Metafisika Khusus (Metafisika Spesifik)
·         Psikologi   : membicarakan tentang hakikat manusia.
·         Kosmologi : membicarakan tentang hakikat dan asal-usul alam semesta.
·         Theologi    : membicarakan hakikat keberadaan tuhan.
Metafisika berusaha memfokuskan diri pada prinsip dasar yang terletak pada berbagai pertanyaan atau yang diasumsikan melalui pendekatan intelektual. Setiap prinsip dinamakan “pertama”, sebab prinsip-prinsip itu tidak dapat dirumuskan ke dalam istilah lain yang mendahuluinya. Sebagai contoh : istilah prinsip pertama yang di gunakan aristoteles merupakan penjelasan mengenai alam semesta yakni, “penggerak yang tidak digerakkan”, dikatakan menjadi sebab dari segala gerak tanpa dirinya digerakkan oleh hal yang lain. Itu berarti istilah tersebut menjelaskan semua gerak, tetapi ia sendiri tidak membutuhkan penjelasan tentang dirinya sendiri.

Ø  Fungsi Metafisika
·         Metafisika mengajarkan cara berfikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisikus selalu mengembangkan pemikirannya untuk menjawab persoalan-persoalan yang bersifat enikmatik (teka-teki). Persoalan-persoalan semacam itu menuntut alur berpikir yang serius dan sungguh-sungguh.
·         Metafisika menuntut orisinalitas yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan. Artinya seorang metafisikus senantiasa berupaya hal-hal baru yang belup pernah diungkapkan sebelumnya. Sikap semacam ini menuntut kreativitas dan rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu permasalahan.
·         Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah praanggapan-praanggapan, sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.
·         Metafisika juga membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi di dalam melihat realitas, karna tidak ada kebenaran yang benar-benar absolut. Hal ini akan menjadikan visi ilmu pengetahuan berkembang menurut ramifisika (percabangan) yang sangat kaya dan beraneka ragam, sebagaimana yang terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.[4]
·         Metafisika disebut induk semua ilmu, karena ia merupakan kunci untuk mendeder pertanyaan paling penting yang dihadapi manusia dalam kehidupan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat mendasar dalam menentuka nasib akhir manusia serta kebahagiaan dan kemalangan abadinya.

2.     Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan berasal dari kata yunani episteme, yang berarti pengetahuan, pengetahuan yang benar,pengetahuan ilmiah, dan logos yang berarti teori. Epistemologi dapat di definisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya(validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah ”apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ”apa yang dapat saya ketahui?”.[5]       2  147
      Objek material epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntutan lainyang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan. Tetapi setiap perangkat aturan harus benar-benar mapan.sebab definisi tentang ”kepercayaan”, ”kebenaran” merupakan problem yang tetap yang terus menurus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat.[6]
      Epistemologi juga dikenal dengan beberapa nama seperti kriteriologi, kritika pengetahuan, gnoseologia, dan logika materia. Dinamakan kriteriologia karena menetapkan benar tidaknya pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran.kritika pengetahuan untuk memberikan tinjauan secara medalam dalam menentukan benar tidaknya pengetahuan yang di peroleh manusia. Gnoseologia dari kata gnosif (pengetahuan) dan logos (ilmu). Usaha untuk memperoleh hakikat pengetahuan (biasanya:yang bersifat keilahian). Logika material karena tugas epistimologi adalah berusaha menetapkan kebenaran suatu isi pemikiran, sedangkan yang berkaitan dengan jalur pemikiran dibahas dalam logika formal.
a.       Fungsi Epistemologi
Mempelajari epistemologi memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian, tanpa disadari kita sebenarnya menggunakan epistemologi dalam arti yang seluas-luasnya. Misalnya, tatkala dalam kehidupan masyarakat indonesia yang sedang di timpa kemalangan berupa masih tingginya angka kemiskinan, ternyata para wakil rakyat yang ada di DPR tiba-tiba berencana melakukan studi banding yang nilai sedemikian fantastik, 19,5 trilyun dan dana ini berarti empat kali lebih bsar dari dana program jaminan kesehatan masyarakat yang besarnya hanya 4,5 trilyun. Tidak heranlah jika masyarakat akhirnya melakukan resistensi-resistensi terhadap rencana DPR tersebut. Pertanyaannya, kenapa tindakan DPR tersebut mendapatkan resistensi? Hal itu tidak lain karena rencana DPR tersebut ”mencederai rasa keadilan masyarakat” yang saat ini sedang di rundung beragam kemalangan seperti masih minimnya tingkat kesejahteran. Tatkla jika kita melakukan penilaian terhadap rencana DPR dengan fakta empiris masih minimnya tingkat kesejahteraan sebagian besar masyarakat, maka sesungguhnya kita sedang melakukukan sebuah perbandingan antara satu realitas dengan realitas lain atau dalam konteks epistemologi meruapakan pemdekatan empiris.demikianlah, berepistemologi sebenarnya telah kita lakukan sehari-hari walaupun tanpa kita sadari. Dan inilah fungsi pertama epistemologi: sebagai landasan bagi tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, sebagai dasar bagi pengembangan kearifan dalam berpengetahuan. Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu, epistemologi melakukan infestigasi tentang sumber, struktur, dan metode pengetahuan. Pengetahuan epistemologi mendorong manusia untuk memiliki wawasan yang plural tentang pengetahuan dan oleh karenanya diharapkan akan mengembangkan kearifan masyarakat dalam berpengetahuan.
Ketiga, sebagai sarana mengetahui variasi kebenaran pengetahuan.karena pengetahuan itu beragam, tentu validitas kebenarannya juga beragam. Tingkat kebenaran filsafat, tentu adanya oerbedaan dengan tingkat kebenaran ilmiah. Demikian juga dengan kebenaran pengetahuan agama. Sesungguhnya dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup jika hanya mengandalkan pada satu kebenaran dan menafikkan kebenaran pengetahuan yang lain. Manusia berada dalam varietas kebenaran pengetahuan yang beraneka dan oleh karenanya kehidupan manusia mejadi lebih mudah dan mendekati kesempurnaan.
b.      Objek Pengetahuan
Objek dalam arti kamus adalah sesuatu yang dapat dilihat, disentuh, diindera, sesuatu yang dapat disadari secara fisik dan mental, suatu tujuan akhir dari kegiatan atau usaha,dan suatu hal yang menjadi masalah pokok suatu penyelidikan.
Pada hakikatnya objek pengetahuan manusia itu dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada atau wujud. Sehingga, objek pengetahuan manusia biasa disebut sebagai maujudat, entitas-entitas yang wujud.
Objek pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga:
1.      Objek empiris (objek rasa), yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya ada dan dapat di tangkap oleh indera lahir dan indera bathin.
2.      Objek ideal (objek bukan rasa), yaitu objek yang dasarnya tiada dan menjadi ada berkat kegiatan akal.
3.      Objek transenden (objek luar rasa), yaitu objek yang pada dasarnya ada tetapi berada di luar jangkauan pikiran dan perasaan manusia.

c.       Sumber Pengetahuan
Terdapat beberapa variasi sumber pengetahuan menurut beberapa pemikir sebagai berikut:
1.      Harold titus,dkk. Dalam persoalan-persoalan filsafat (1984:198) menjelaskan bahwa sumber pengetahuan yang mungkin bagi manusia ada empat:
·         Kesaksian sumber kedua: berdasarkan pada otoritas.
·         Indera sebagai sumber: berdasarkan kepada persepsi indera.
·         Pemikiran sebagai sumber: berdasarkan pada akal.
·         Dalam diri sendiri sebagai sumber: berdasar kepada intuisi.
2.      Mulyadi kartanegara dalam pengantar epistemologi islam (2003:18) menjelaskan bahwa sumber pengetahuan yang mungkin bagi manusia ada tiga:
·         Indra
·         Akal
·         Hati(intuisi)
3.      Syamsudin arif dalam prinsip-prinsip dasar epistemologi islam (2005:27) menjelaskan bahwa pengetahuan itu dimungkinkan berasal dari empat sumber:
·         Persepsi indra
·         Proses akal sehat
·         Informasi yang benar

4.      Amtsal bakhtiar dalam filsafat umum (2005:98) menjelaskan sumber pengetahuan ada empat yaitu:
·         Empirisme (pengalaman).
·         Rasionalisme (akal)
·         Intuisi
·         Wahyu
Beragam pemikiran para ahli tentang sumber pengetahuan diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa sumber pengetahuan yang dimungkinkan bagi manusia adalah sebagai berikut:
·         Sumber pengetahuan berasal dari pengalaman yang bersandar dari persepsi indra.
·         Sumber pengetahuan berasal dari pemikiran yang bersandar dari akal/rasio.
·         Sumber pengetahuan intuitif yang bersandar pada hati.
·         Sumber pengetahuan yang bersandar pada berita yang benar.
Terkait dengan sumber-sumber pengetahuan ini telah disinyali al-quran dalam ayat berikut:
( 138)لِلْمُتَّقِينَ وَمَوْعِظَةٌ وَهُدًى لِلنَّاسِ بَيَانٌ هَذَ
Artinya: (Al-Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS.Ali-Imran 3:138)

لأَعْيُنٌ وَلَهُمْ بِهَا يَفْقَهُونَ لا قُلُوبٌ لَهُمْ الإنْسِ وَ الْجِنِّ مِنَ كَثِيرًا لِجَهَنَّمَ ذَرَأْنَا وَلَقَدْ
(179)الْغَافِلُونَهُمُ أُولَئِكَ أَضَلُّ هُمْ بَلْ كَالأنْعَامِ أُولَئِكَبِهَا يَسْمَعُونَ لا آذَانٌ وَلَهُمْ بِهَا يُبْصِرُونَ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al-A’raf 7:179).[7]
d.      Klasifikasi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang di bangun dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Pengetahuan biasa
·         Pengetahuan ilmiah
·         Pengetahuan filsafati
·         Pengetahuan agama
Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Pengetahuan indrawi
·         Pengetahuan akal budi
·         Pengetahuan intuitif
·         Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif [8]
Pengetahuan berdasarkan kepentingannya :
·         Pengetahuan dominatif
·         Pengetahuan deskriptif
·         Pengetahuan emansipatoris

e.       Kadar Pengetahuan
Sebenarnya tatkala membahas tentang kadar pengetahuan, kita sesungguhnya membahas persoalan derajat kebenaran pengetahuan. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa pengetahuan pada hakikatnya terletak pada keputusan, maka sesungguhnya yang kita bahas ini adalah kebenarannya kekhususan yang dibuat oleh subjek terhadap objek yang diketahui.
Sebelum membahas lebih lanjut perlu dipahami dua istilah yang sering kali dirancukan yaituistilah benar dan tepat. Istilah benar menyangkut isi pengetahuan sendiri, sedangkan tempat berkenaan dengan jalan yang di tempuh untuk mencapai pengetahuan yang di anggap benar itu. Pengetahuanadalah tanggapan subjekterhadap objek yang diketahui. Tanggapan dengan demikian merupakan penilaian subjek terhadap objek. Oleh karena itu,dalam hal ini kebenaran ada dua sisi :
·         Benarnya fakta(bukti) adalah kebenaran objek(dunia luar).
·         Benarnya ide( tanggapan) adalah kebenaran subjek(dunia dalam).

Fakta bersifat objektif, sehingga fakta tidak bisa salah atau dipersalahkan karena memang demikian adanya sekalipun bernilai negatif oleh karena itu ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu bahwa faktanya benar dan tanggapan subjek benar atau faktanya benar dan tanggapan subjeknya salah.bobot kebenaran itu berjenjang dalam tiga macam yaitu :
·         Kebenaran mutlak atau absolut
·         Kebenaran nisbi atau relatif
·         Kebenaran dasar [9]

3.     Logika
Logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani, logikos yang berasal dari kata benda logos yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal, kata, percakapan, dan bahasa. Secara etimologi, logika berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika juga dapat dikatakan sebagai cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan, serta criteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
a.       Hukum Dasar Logika
Ada empat hukum dasar logika yang oleh John Stuart Mill (1806-1873) disebut sebagai postulat-postulat universal semua penalaran.
·         Hukum identitas, yang menegaskan bahwa sesuatu itu adalah yang sama dengan dirinya sendiri.
·         Hukum kontradiksi, yang menyatakan sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu.
·         Hukum tiada jalan tengah, yang mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak. Dan tidak memiliki kemungkinan lain.
·         Hukum cukup alasan, yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu haruslah berdasarkan alasan yang cukup.[10]

b.      Tempat Logika dalam Peta Ilmu Pengetahuan
Aristoteles (384-322) membagi ilmu pengetahuan kedalam tiga kelompok. Yaitu :
·         Filsafat spekulatif atau teorites, yang bersifat objektif dan bertujuan pengatehuan demi pengetahuan itu sendiri.
·         Filsafat praktika, member pedoman bagi tingkah laku manusia.
·         Filsafat produktif, yang membimbing manusia menjadi produktif lewat keterampilan khusus.[11]


4.     Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian,maka aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut bramel dalam amtsal bakhtiar(2004) aksiologi terbagi dalam tiga bagian:
·         Moral konduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika.
·         Esthetic expresion, yaitu ekspresi keindahan.
·         Sosiopolitical life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.[12]
Aksiologi disamakan dengan value and valuation. Ada tiga bentuk value and valuation, yaitu : pertama, nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik ,dan bagus. Dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Kedua, niali sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata nilai pakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai. Ketiga,nilai juga digunakan sebagai kata kerja dala ekspresi menilai,memberi nilai, dan dinilai.

a.       Ciri nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sebuah kualitas. Kualitas sebuah benda menurut Scheler dapat dibedakan menjadi tiga:
·         Kualitas primer yaitu kualitas benda yang tidak boleh tidak mesti ada dalam sebuah benda
·         Kualitas sekunder, yaitu kualitas sebuah benda yaitu warna
·         Kualitas tersier, yaitu kualitas keindahan sebuah benda sebagai kualitas nilai, buakn merupakan bagian yang menentukan bagi keberadaan objek.
Nilai merupakan kualitas tidak nyata dalam arti kualitas tersebut tidak membentuk bagian dari objek yang mewujudkannya sebagaimana kualitas pertama(misalnya bentuk dan keluasan) dan kualitas kedua(misalnya warna dan bau)yang ikut menentukan keberadaan hal yang bersangkutan.
Frondizi menjelaskan bahwa setidaknya nilai memiliki ciri sebagai berikut:
·         Bersifat parasit
·         Hierakhis
·         Non-substansi
Mudlor(1994) menjelaskan bahwa nilai banyak ragam.ia menyebut beberapa nilai sebagai berikut :
·         Nilai hidup (sehat-sakit)
·         Nilai guna (manfaat-mudlorat)
·         Nilai intelek (cerdas-bebal)
·         Nilai estetiks(harum-busuk)
·         Nilai etika(bakti-durhaka)
·         Nilai religi(taat-ingkar)

b.      Objektitas dan subjektivita nilai
·         Objektivisme dan realisme aksiologi
Menurut pandangan ini, penetapan nilai merupakan sesuatuyang dianggap objektif. Nilai, norma, dan ideal merupakan unsure atau benda dalam objek atau berada dalam realitas objektif, atau dianggap berasal dari suatu objek melalui ketertarikan. Nilai berada dalam suatu objek. Nilai terletak dalam realitas.
·         Subjektivisme aksiologi
Teori-teori yang berkenaan dengan pandangan ini mereduksi nilai ke dalam pernyataan yang terkait dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi. Nilai memiliki realitas hanya sebagai suatu keadaan pikiran terhadap suatu objek. Subjektivitas aksiologi cenderung mengabsahkan teori etika hedonisme.
·         Relasionalisme aksiologi
Pendapat ini berasal dari teori yang menyatakan bahwa nilai adalah relasi saling terkait antara variable-variabel atau sebuah produk variable-variable yang saling berinteraksi. Nilai tidak bersifat privat (subjektif) tetapi bersifat public, meskipun tidak bersifat objektif dalam arti lepas dari berbagai kepentingan.
·         Minimalisme atau skeptisisme aksiologi
Teori ini berpandangan bahwa penentuan nilai adalah ekspresi emosi atau usaha untuk membujuk. Dalam perspektif ini, nilai adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dan bersifat emotif, meski memiliki makna yang factual. Nilai sama sekali tidak dapat digambarkan sebagai keadaan suatu subjek, objek, atau sebagai hubungan.
            Ada dua cabang aksiologi, yaitu :
1.     Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos dan ethic. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan tingkah laku yang baik. Kata ini dekat dengan kata moral yang berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, watak, kelakuan, dan cara hidup. Etika pada hakikatnya membahas tentang rasionalitas nilai tindakan manusia, tentang baik dan buruknya suatu tindakan. Karena itu, etika juga sering disebut filsafat moral.
Filsafat moral atau etika membahas tentang persoalan bagaimana seharusnya manusia bertindak. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup semua manusia, teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Ada tiga macam etika, yaitu :
·         Etika deskriptif           : Etika deskriptif mengurai dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral secara deskriptif.
·         Etika normatif             : etika normatif dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan. Etika ini mengandung dua bagian besar, yaitu teori nilai dan teori keharusan.
·         Meta-etika                   : meta-etika adalah studi analitis terhadap disiplin etika. Teori-teorinya adalah teori naturalitis, kognitivis, intuitif, subjektif, emotif, dan imperatif.

2.     Estetika
estetika berasal dari bahasa Yunani aesthesis yang berarti pencerapan inderawi, pemahaman intelektual. Estetika adalah cabang filsafat yang memperkenalkan seni dan keindahan. Estetika juga disebut sebagai filsafat seni, filsafat keindahan, filsafat cita rasa, dan filsafat kritisisme. Estetika filsafat dengan demikian pada hakikatnya  adalah rasionalitas tentang nilai keindahan.
Estetika dibagi menjadi dua, yaitu estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan. Estetika normatif mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan.
a.       Perihal Keindahan
Mortimer Adler mengatakan bahwa keindahan adalah sifat dari sesuatu benda yang member kita kesenangan yang tidak berkepentingan yang bisa kita peroleh semata-mata dari memikirkan atau melihat benda individual itu sebagaimana adanya.
Immanel Kant member definisi keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan tidak melalui kesan ataupun konsep, melainkan dengan kemestian yang subjektif dalam suatu cara yang seketika, semesta, dan tidak berkepentingan.
b.      Macam-Macam Keindahan
Keindahan memiliki ragam yang banyak, ia dapat mencangkup keindahan Tuhan, jagad raya, ketertiban gagasan, ketertiban moral, dan ditambah ketertiban dalam alam dan ketertiban dalam seni. Menurut Adolf Zeising, 6 kategori keindahan disusun sebagai: murni indah, agung, tragis, humoristis, komis, menarik.[13]

5.     Cabang-Cabang Khusus Filsafat
a.      Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
·         Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
·         Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
·         Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
b.      Filsafat Ilmu khusus
·         Interdisipliner adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
·         Filsafat Ilmu fisika.Fisika (Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis), "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
·         Filsafat matematika. Filsafat matematika adalah studi besaranstrukturruang,   dan perubahan.
·         Filsafat Biologi.Filsafat biologi adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah "biologi" dipinjam dari bahasa Belandabiologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos ("lambang", "ilmu").
·         Filsafat Ilmu Sosial. Filsafat ilmu soaial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
·         Filsafat Liungistik. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari.

BAB II
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metafisika adalah studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya(validitas) pengetahuan.
Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup semua manusia, teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Ada tiga macam etika.
Estetika adalah cabang filsafat yang memperkenalkan seni dan keindahan.
Logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.




[1] Rachmat Aceng, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal.108
[2] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal.10-11

[4] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal.12-16
[5] Rachmat Aceng, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal.147
[6] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal.17

[7] Esha In’am Muhammad, Menuju Pemikiran Filsafat, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010) hal 101-108
[8] Mustansyir Rizal, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Beajar, 2007) hal 23-26
[9] Esha In’am Muhammad, Menuju Pemikiran Filsafat, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010) hal.110-112
[10]Rapar Hendrik Jan, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2011) hal.52-53
[11] Rapar Hendrik Jan, Pengantar Logika, (Yogyakarta: Kanisius, 2012) hal.11
[12] Rachmat Aceng, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal.154-155
[13] Esha In’am Muhammad, Menuju Pemikiran Filsafat, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010) hal.119-135

1 komentar: