Kamis, 17 Desember 2015

puisi dialog antara beringin dan rumput liar

DIALOG ANTARA BERINGIN DAN RUMPUT LIAR
(karya mardhiah MZ)

Aku….
Sang beringin nan agung
Tertera  elok ditaman impian
Bak peneduh kehalpaan.

Aku….
Rumput-rumput yang kusam
Menari ditepian sang beringin nan megah
Mengikuti serpaan angin yang menggoyang tubuhku

Kita…
Sang beringin dan rerumputan liar
Berkarya,mengindahkan semua tatapan
Menyongsong kesempurnaan sang mega
Mereyup rindang melukis banyak cerita

                Bersama, kita tanamkan keagungan
                Ciptakan ukiran terindah
                Tak peduli meskipun aku hanya rumput liar
                Perselisihan telah menyatu
                Mewujudkan keselarasan yang ku kira abadi

Ternyata, analisisku salah
Hanya dalam sekejap kedipan mata,
Dunia mulai tergoncang
Semua tlah ternoda
Melerai berbagai cinta kasih
Menumbuhkan ego keangkuhan
               



Beringin yang semula perkasa
Menjadi moster besar yang menakutkan
Rela menggantikan sahabat kecilnya
Dengan kerikir yang tajam

Rumput-rumput menelangah
“tak mengapa wahai sang beringin,
Aku rela engkau berpaling
Namun, aku tetap menunggu,
Menunggu kau kembali”.
               
Sekarang, kau memanggilku rakyat jelata
                Rakyat yang tak berarti
                Rakyat yang hanya bisa menyusahkan mu
                Namun, aku akan tetap menjadi diriku sendiri
                Yang selalu setia menanti
                Kembalinya sinar sang surya

Waktu terus bergulir pada masa yang tercela,
Sekarang,
Engkau menggantikan kerikil itu dengan beton nan kasar
Tak pernah menetap akan satu kasih yang kau punya
Selalu ingin lebih..
Itulah engkau sang beringin nan agung

                Engkau bagai kecupan sang surya
Yang berubah menjadi ninja penghancur cerita
Engkau bagai pelangi
Yang berubah menjadi kekelamam
Itu akan menjadi sebuah nestapa




Sadarkah engkau,
Masih ada ribuan tanaman yang lebih kecil darimu
Yang perlu engkau lindungi
Sadarlah duhai beringin nan agung
Seharusnya, kau menjadi penyejuk hati yang tercela.

Sekeping emas telah merubahmu
Menjadi sepucuk kedustaan yang menyeramkan
Biarlah aku hanya menjadi rerumputan
Asal aku bisa membagkitkan senyum semua insane
Manjadi penyejuk bagi yang menolehku
Biarpun aku kecil, dan tak sepadan denganmu
Aku juga mempunyai impian yang mulia
Tuk mengukir senyum indah di bibir mereka

Rumput-rumput menelangah,
“duhai sang beringin nana gung,
Janganlah engkau hinakan kami
Janganlah engkau menelaah kami
Engkau boleh menggantikan kami dengan beton itu
Tapi, ijinkan kami tetap tinggal,

Ditanah air kami.

2 komentar:

  1. puisinya bagus banget. ditunggu ya puisi selanjutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahh terima kasih mba. stay tune ya dear...

      Hapus