BAB
I
PENDAHULUAN
A. Kata
Pengantar
Filsafat adalah akar dari semua pengetahuan manusia,
baik pengetahuan ilmiah maupun pengetahuan nonilmiah. Ibaratnya, filafat itu
adalah sebuah payung yang di dalam paying itu ada pengetahuan lainya.
Berdasarkan etimologinya, kata ilsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari dua kata,
yaitu philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi, filsafat
dapat diartikan “cinta kebijaksanaan”.
Sedangkan secara terminologis, pengertian filsafat (philosophy) menurut concise oxford English dictionary (tenth edition) adalah studi
tentang hakikat dasar dari pengetahuan, kenyataan, dan keberadaan (eksistensi).
Aristoteles mengatakan bahwa filsafat manyelidiki sebab dan asas segala benda.
Fuad Hassan mengatakan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiyar untuk berpikir
radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal yang
hendak diperrmasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat
berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Jadi, dapat dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga dapat diartikan pemikiran yang mendalam tentang
suatu permasalahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Cabang-cabang
filsafat
Berfilsafat adalah suatu proses mencari hakikat
kebenaran tentang realitas secara menyeluruh. Proses tersebut mencangkup lima
dimensi yaitu mana yang disebut salah dan mana yang disebut benar (logika),
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), apa yang
termaksud indah dan apa yang tidak indah (estetika), tentang hakikat keberadaan
zat, tentang hakikat pikiran dan kaitannya antara zat dan pemikiran, dan
tentang politik.[1]
Aktivitas filsafat melibatkan akar pikir manusia
secara utuh, konsisten dan bertanggungjawab. Dalam aktivitas akal itu para
filsuf mencoba mengungkapkan tentang realitas. Kegiatan mengungkapkan realitas
ini membutuhkan bahasa sebagai sarana bagi pemahaman terhadap realitas
tersebut. Dari sini muncullah berbagai istilah teknis filsafati yang mengandung
makna khas, seperti : substansi, eksistensi, impresi, kategori. Istilah-istilah
teknis filsafati ini muncul dalam bidang-bidang utama filsafat, yakni :
metafisika, epistemologi dan aksiologi.
1.
Metafisika
Metafisika adalah filsafat pertama dan bidang
filsafat yang paling utama. Istilah metafisika itu sendiri berasal dari kata
yunani meta da physika yang dapat
diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik.
Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada dibelakang
gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, mati. Archie J. Bahm
mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu penyelidikan pada masalah perihal
keberadaan. Dalam metafisika itu orang berupaya menemukan keberadaan itu
memiliki sesuatu yang “kodrati”. Metafisika dapat didefinisikan sebagai studi
atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan
atau keberadaan.[2]
Pembagian metafisika :
a. Metafisika
Umum (Metafisika Generalis/Ontologi)
·
Idealisme :
realitas ada karena idea sehingga ide itulah yang abadi sebagai realitas.
·
Materialisme : realitas
ada karena materi, sehingga materi itulah yang abadi sebagai realitas.
·
Dualisme :
mengambil kebaikan dari kedua teori yaitu idealisme dan materialisme.[3]
b. Metafisika
Khusus (Metafisika Spesifik)
·
Psikologi : membicarakan tentang hakikat manusia.
·
Kosmologi : membicarakan tentang hakikat dan asal-usul
alam semesta.
·
Theologi : membicarakan hakikat keberadaan tuhan.
Metafisika berusaha memfokuskan diri pada prinsip
dasar yang terletak pada berbagai pertanyaan atau yang diasumsikan melalui
pendekatan intelektual. Setiap prinsip dinamakan “pertama”, sebab
prinsip-prinsip itu tidak dapat dirumuskan ke dalam istilah lain yang
mendahuluinya. Sebagai contoh : istilah prinsip pertama yang di gunakan
aristoteles merupakan penjelasan mengenai alam semesta yakni, “penggerak yang
tidak digerakkan”, dikatakan menjadi sebab dari segala gerak tanpa dirinya
digerakkan oleh hal yang lain. Itu berarti istilah tersebut menjelaskan semua
gerak, tetapi ia sendiri tidak membutuhkan penjelasan tentang dirinya sendiri.
Ø Fungsi
Metafisika
·
Metafisika mengajarkan
cara berfikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Sebab seorang metafisikus selalu mengembangkan pemikirannya untuk
menjawab persoalan-persoalan yang bersifat enikmatik (teka-teki).
Persoalan-persoalan semacam itu menuntut alur berpikir yang serius dan
sungguh-sungguh.
·
Metafisika menuntut
orisinalitas yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan. Artinya seorang
metafisikus senantiasa berupaya hal-hal baru yang belup pernah diungkapkan
sebelumnya. Sikap semacam ini menuntut kreativitas dan rasa ingin tahu yang
besar terhadap suatu permasalahan.
·
Metafisika memberikan
bahan pertimbangan yang matang bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama
pada wilayah praanggapan-praanggapan, sehingga persoalan yang diajukan memiliki
landasan berpijak yang kuat.
·
Metafisika juga membuka
peluang bagi terjadinya perbedaan visi di dalam melihat realitas, karna tidak
ada kebenaran yang benar-benar absolut. Hal ini akan menjadikan visi ilmu
pengetahuan berkembang menurut ramifisika (percabangan) yang sangat kaya dan
beraneka ragam, sebagaimana yang terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dewasa ini.[4]
·
Metafisika disebut
induk semua ilmu, karena ia merupakan kunci untuk mendeder pertanyaan paling
penting yang dihadapi manusia dalam kehidupan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sangat mendasar dalam menentuka nasib akhir manusia serta kebahagiaan dan
kemalangan abadinya.
2.
Epistemologi
Epistemologi
merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan
manusia. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan berasal dari kata yunani
episteme, yang berarti
pengetahuan, pengetahuan
yang benar,pengetahuan ilmiah, dan logos yang berarti teori. Epistemologi dapat
di definisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
struktur, metode, dan
sahnya(validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah
”apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah
”apa yang dapat saya ketahui?”.[5] 2
147
Objek material
epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan. Setiap
filsuf menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai
tuntutan lainyang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan.
Tetapi setiap perangkat aturan harus benar-benar
mapan.sebab definisi tentang ”kepercayaan”, ”kebenaran”
merupakan problem yang tetap yang terus menurus ada,
sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang
utama dalam penyelidikan filsafat.[6]
Epistemologi
juga dikenal dengan beberapa nama seperti kriteriologi,
kritika pengetahuan, gnoseologia, dan logika materia. Dinamakan kriteriologia karena
menetapkan benar tidaknya pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran
kebenaran.kritika pengetahuan untuk memberikan tinjauan secara medalam dalam
menentukan benar tidaknya pengetahuan yang di peroleh manusia.
Gnoseologia dari kata gnosif (pengetahuan) dan logos (ilmu). Usaha untuk memperoleh hakikat pengetahuan
(biasanya:yang bersifat keilahian).
Logika material karena tugas epistimologi adalah berusaha
menetapkan kebenaran suatu isi pemikiran, sedangkan yang berkaitan dengan jalur
pemikiran dibahas dalam logika formal.
a.
Fungsi Epistemologi
Mempelajari epistemologi memiliki fungsi yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian,
tanpa disadari kita sebenarnya menggunakan epistemologi
dalam arti yang seluas-luasnya. Misalnya, tatkala dalam kehidupan masyarakat
indonesia yang sedang di timpa kemalangan berupa masih tingginya angka
kemiskinan, ternyata para wakil rakyat yang ada di DPR tiba-tiba berencana
melakukan studi banding yang nilai sedemikian fantastik, 19,5 trilyun dan dana
ini berarti empat kali lebih bsar dari dana program jaminan kesehatan
masyarakat yang besarnya hanya 4,5 trilyun.
Tidak heranlah jika masyarakat akhirnya melakukan
resistensi-resistensi terhadap rencana DPR tersebut. Pertanyaannya,
kenapa tindakan DPR tersebut mendapatkan resistensi? Hal
itu tidak lain karena rencana DPR tersebut ”mencederai rasa keadilan masyarakat” yang saat ini
sedang di rundung beragam kemalangan seperti masih minimnya tingkat
kesejahteran. Tatkla jika kita melakukan penilaian terhadap rencana DPR dengan
fakta empiris masih minimnya tingkat kesejahteraan sebagian besar masyarakat,
maka sesungguhnya kita sedang melakukukan sebuah perbandingan antara satu
realitas dengan realitas lain atau dalam konteks epistemologi meruapakan
pemdekatan empiris.demikianlah, berepistemologi sebenarnya telah kita lakukan
sehari-hari walaupun tanpa kita sadari. Dan inilah fungsi pertama epistemologi: sebagai landasan bagi
tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, sebagai dasar bagi pengembangan kearifan dalam berpengetahuan. Sebagaimana
dijelaskan pada bagian terdahulu, epistemologi melakukan infestigasi tentang
sumber,
struktur, dan metode pengetahuan. Pengetahuan epistemologi mendorong manusia untuk memiliki
wawasan yang plural tentang pengetahuan dan oleh karenanya diharapkan akan
mengembangkan kearifan masyarakat dalam berpengetahuan.
Ketiga, sebagai sarana mengetahui variasi kebenaran pengetahuan.karena pengetahuan
itu beragam, tentu
validitas kebenarannya juga beragam. Tingkat kebenaran filsafat, tentu adanya
oerbedaan dengan tingkat kebenaran ilmiah. Demikian juga dengan kebenaran
pengetahuan agama. Sesungguhnya dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup jika
hanya mengandalkan pada satu kebenaran dan menafikkan kebenaran pengetahuan
yang lain. Manusia berada dalam varietas kebenaran pengetahuan yang beraneka
dan oleh karenanya kehidupan manusia mejadi lebih mudah dan mendekati
kesempurnaan.
b.
Objek Pengetahuan
Objek dalam arti kamus adalah sesuatu yang dapat dilihat,
disentuh, diindera, sesuatu yang dapat disadari secara fisik dan mental,
suatu tujuan akhir dari kegiatan atau usaha,dan suatu hal
yang menjadi masalah pokok suatu penyelidikan.
Pada hakikatnya objek pengetahuan manusia itu dapat
dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada atau wujud. Sehingga,
objek pengetahuan manusia biasa disebut sebagai maujudat,
entitas-entitas yang wujud.
Objek
pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga:
1.
Objek empiris
(objek rasa), yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya
ada dan dapat di tangkap oleh indera lahir dan indera bathin.
2.
Objek ideal
(objek bukan rasa), yaitu objek yang dasarnya tiada dan menjadi ada berkat
kegiatan akal.
3.
Objek transenden
(objek luar rasa), yaitu objek yang pada dasarnya ada tetapi berada di luar
jangkauan pikiran dan perasaan manusia.
c.
Sumber Pengetahuan
Terdapat beberapa variasi sumber pengetahuan menurut
beberapa pemikir sebagai berikut:
1.
Harold titus,dkk.
Dalam persoalan-persoalan filsafat
(1984:198) menjelaskan bahwa sumber pengetahuan yang mungkin bagi
manusia ada empat:
·
Kesaksian sumber
kedua:
berdasarkan pada otoritas.
·
Indera sebagai
sumber:
berdasarkan kepada persepsi indera.
·
Pemikiran sebagai
sumber:
berdasarkan pada akal.
·
Dalam diri sendiri
sebagai sumber: berdasar
kepada intuisi.
2.
Mulyadi kartanegara
dalam pengantar epistemologi islam (2003:18) menjelaskan bahwa sumber pengetahuan yang mungkin bagi manusia ada tiga:
·
Indra
·
Akal
·
Hati(intuisi)
3.
Syamsudin arif
dalam prinsip-prinsip dasar epistemologi islam (2005:27) menjelaskan bahwa pengetahuan itu dimungkinkan berasal dari empat sumber:
·
Persepsi indra
·
Proses akal sehat
·
Informasi yang
benar
4.
Amtsal bakhtiar
dalam filsafat umum (2005:98)
menjelaskan sumber pengetahuan ada empat yaitu:
·
Empirisme
(pengalaman).
·
Rasionalisme
(akal)
·
Intuisi
·
Wahyu
Beragam pemikiran para ahli tentang sumber pengetahuan
diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa sumber pengetahuan yang
dimungkinkan bagi manusia adalah sebagai berikut:
·
Sumber pengetahuan
berasal dari pengalaman yang bersandar dari persepsi indra.
·
Sumber pengetahuan
berasal dari pemikiran yang bersandar dari akal/rasio.
·
Sumber pengetahuan
intuitif yang bersandar pada hati.
·
Sumber pengetahuan
yang bersandar pada berita yang benar.
Terkait dengan sumber-sumber pengetahuan ini
telah disinyali al-quran dalam ayat berikut:
( 138)لِلْمُتَّقِينَ وَمَوْعِظَةٌ
وَهُدًى لِلنَّاسِ بَيَانٌ هَذَ
Artinya: (Al-Quran) ini adalah penerangan
bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa. (QS.Ali-Imran 3:138)
لأَعْيُنٌ وَلَهُمْ بِهَا يَفْقَهُونَ لا قُلُوبٌ لَهُمْ الإنْسِ وَ الْجِنِّ
مِنَ كَثِيرًا لِجَهَنَّمَ ذَرَأْنَا وَلَقَدْ
(179)الْغَافِلُونَهُمُ أُولَئِكَ
أَضَلُّ هُمْ بَلْ كَالأنْعَامِ أُولَئِكَبِهَا يَسْمَعُونَ
لا آذَانٌ وَلَهُمْ بِهَا يُبْصِرُونَ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al-A’raf
7:179).[7]
d.
Klasifikasi
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis
pengetahuan yang di bangun dapat dibedakan sebagai berikut:
·
Pengetahuan
biasa
·
Pengetahuan
ilmiah
·
Pengetahuan
filsafati
·
Pengetahuan
agama
Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria
karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut:
·
Pengetahuan
indrawi
·
Pengetahuan
akal budi
·
Pengetahuan
intuitif
Pengetahuan berdasarkan kepentingannya :
·
Pengetahuan
dominatif
·
Pengetahuan
deskriptif
·
Pengetahuan
emansipatoris
e.
Kadar Pengetahuan
Sebenarnya tatkala membahas tentang kadar
pengetahuan, kita sesungguhnya membahas persoalan derajat kebenaran
pengetahuan. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa
pengetahuan pada hakikatnya terletak pada keputusan, maka sesungguhnya yang
kita bahas ini adalah kebenarannya kekhususan yang dibuat oleh subjek terhadap
objek yang diketahui.
Sebelum membahas lebih lanjut perlu dipahami
dua istilah yang sering kali dirancukan yaituistilah benar dan tepat. Istilah
benar menyangkut isi pengetahuan sendiri, sedangkan tempat berkenaan dengan
jalan yang di tempuh untuk mencapai pengetahuan yang di anggap benar itu.
Pengetahuanadalah tanggapan subjekterhadap objek yang diketahui. Tanggapan
dengan demikian merupakan penilaian subjek terhadap objek. Oleh karena itu,dalam
hal ini kebenaran ada dua sisi :
·
Benarnya
fakta(bukti) adalah kebenaran objek(dunia luar).
·
Benarnya
ide( tanggapan) adalah kebenaran subjek(dunia dalam).
Fakta bersifat objektif, sehingga fakta tidak
bisa salah atau dipersalahkan karena memang demikian adanya sekalipun bernilai
negatif oleh karena itu ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu bahwa faktanya
benar dan tanggapan subjek benar atau faktanya benar dan tanggapan subjeknya
salah.bobot kebenaran itu berjenjang dalam tiga macam yaitu :
·
Kebenaran
mutlak atau absolut
·
Kebenaran
nisbi atau relatif
·
Kebenaran
dasar [9]
3. Logika
Logika adalah istilah yang dibentuk dari
kata Yunani, logikos yang berasal
dari kata benda logos yang berarti
sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal, kata, percakapan, dan bahasa.
Secara etimologi, logika berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika juga dapat dikatakan
sebagai cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas,
aturan-aturan, serta criteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi
mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
a.
Hukum Dasar
Logika
Ada empat hukum dasar logika yang oleh
John Stuart Mill (1806-1873) disebut sebagai postulat-postulat universal semua
penalaran.
·
Hukum
identitas, yang menegaskan bahwa sesuatu itu adalah yang sama dengan dirinya
sendiri.
·
Hukum
kontradiksi, yang menyatakan sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat
sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu.
·
Hukum tiada
jalan tengah, yang mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat
tertentu atau tidak. Dan tidak memiliki kemungkinan lain.
·
Hukum cukup
alasan, yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan
itu haruslah berdasarkan alasan yang cukup.[10]
b.
Tempat
Logika dalam Peta Ilmu Pengetahuan
Aristoteles (384-322) membagi ilmu pengetahuan kedalam tiga
kelompok. Yaitu :
·
Filsafat
spekulatif atau teorites, yang bersifat objektif dan bertujuan pengatehuan demi
pengetahuan itu sendiri.
·
Filsafat
praktika, member pedoman bagi tingkah laku manusia.
·
Filsafat
produktif, yang membimbing manusia menjadi produktif lewat keterampilan khusus.[11]
4. Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari
bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan
demikian,maka aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi diartikan sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut bramel dalam amtsal bakhtiar(2004) aksiologi terbagi dalam tiga bagian:
·
Moral
konduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika.
·
Esthetic
expresion, yaitu ekspresi keindahan.
·
Sosiopolitical
life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.[12]
Aksiologi disamakan dengan value and
valuation. Ada tiga bentuk value and valuation, yaitu : pertama, nilai digunakan
sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik,
menarik ,dan bagus. Dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Kedua, niali sebagai kata benda
konkret. Contohnya ketika kita berkata nilai pakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai. Ketiga,nilai juga digunakan sebagai kata kerja dala ekspresi
menilai,memberi nilai, dan dinilai.
a.
Ciri
nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sebuah kualitas.
Kualitas sebuah benda menurut Scheler dapat dibedakan menjadi tiga:
·
Kualitas
primer yaitu kualitas benda yang tidak boleh tidak mesti ada dalam sebuah benda
·
Kualitas
sekunder, yaitu kualitas sebuah benda yaitu warna
·
Kualitas
tersier, yaitu kualitas keindahan sebuah benda sebagai kualitas nilai, buakn
merupakan bagian yang menentukan bagi keberadaan objek.
Nilai merupakan kualitas tidak nyata dalam
arti kualitas tersebut tidak membentuk bagian dari objek yang mewujudkannya
sebagaimana kualitas pertama(misalnya bentuk dan keluasan) dan kualitas
kedua(misalnya warna dan bau)yang ikut menentukan keberadaan hal yang
bersangkutan.
Frondizi menjelaskan bahwa setidaknya nilai
memiliki ciri sebagai berikut:
·
Bersifat
parasit
·
Hierakhis
·
Non-substansi
Mudlor(1994) menjelaskan bahwa nilai banyak
ragam.ia menyebut beberapa nilai sebagai berikut :
·
Nilai
hidup (sehat-sakit)
·
Nilai
guna (manfaat-mudlorat)
·
Nilai
intelek (cerdas-bebal)
·
Nilai
estetiks(harum-busuk)
·
Nilai
etika(bakti-durhaka)
·
Nilai
religi(taat-ingkar)
b.
Objektitas
dan subjektivita nilai
·
Objektivisme
dan realisme aksiologi
Menurut pandangan ini, penetapan
nilai merupakan sesuatuyang dianggap objektif. Nilai, norma, dan ideal
merupakan unsure atau benda dalam objek atau berada dalam realitas objektif,
atau dianggap berasal dari suatu objek melalui ketertarikan. Nilai berada dalam
suatu objek. Nilai terletak dalam realitas.
·
Subjektivisme
aksiologi
Teori-teori yang berkenaan dengan pandangan ini mereduksi nilai ke
dalam pernyataan yang terkait dengan sikap mental terhadap suatu objek atau
situasi. Nilai memiliki realitas hanya sebagai suatu keadaan pikiran terhadap
suatu objek. Subjektivitas aksiologi cenderung mengabsahkan teori etika
hedonisme.
·
Relasionalisme
aksiologi
Pendapat ini berasal dari teori yang menyatakan bahwa nilai adalah
relasi saling terkait antara variable-variabel atau sebuah produk variable-variable
yang saling berinteraksi. Nilai tidak bersifat privat (subjektif) tetapi
bersifat public, meskipun tidak bersifat objektif dalam arti lepas dari
berbagai kepentingan.
·
Minimalisme
atau skeptisisme aksiologi
Teori ini berpandangan bahwa
penentuan nilai adalah ekspresi emosi atau usaha untuk membujuk. Dalam
perspektif ini, nilai adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dan bersifat
emotif, meski memiliki makna yang factual. Nilai sama sekali tidak dapat
digambarkan sebagai keadaan suatu subjek, objek, atau sebagai hubungan.
Ada dua cabang
aksiologi, yaitu :
1. Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos dan ethic. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan tingkah laku
yang baik. Kata ini dekat dengan kata moral yang berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, watak, kelakuan, dan cara hidup. Etika pada hakikatnya membahas
tentang rasionalitas nilai tindakan manusia, tentang baik dan buruknya suatu
tindakan. Karena itu, etika juga sering disebut filsafat moral.
Filsafat moral atau etika membahas
tentang persoalan bagaimana seharusnya manusia bertindak. Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup semua manusia, teristimewa yang mengenai gerak-gerik
fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai
mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Ada tiga macam etika, yaitu
:
·
Etika
deskriptif : Etika deskriptif
mengurai dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral secara deskriptif.
·
Etika
normatif : etika normatif
dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai
untuk menanggapi atau menilai perbuatan. Etika ini mengandung dua bagian besar,
yaitu teori nilai dan teori keharusan.
·
Meta-etika : meta-etika adalah studi
analitis terhadap disiplin etika. Teori-teorinya adalah teori naturalitis,
kognitivis, intuitif, subjektif, emotif, dan imperatif.
2. Estetika
estetika berasal dari bahasa Yunani aesthesis yang berarti pencerapan
inderawi, pemahaman intelektual. Estetika adalah cabang filsafat yang
memperkenalkan seni dan keindahan. Estetika juga disebut sebagai filsafat seni,
filsafat keindahan, filsafat cita rasa, dan filsafat kritisisme. Estetika
filsafat dengan demikian pada hakikatnya
adalah rasionalitas tentang nilai keindahan.
Estetika dibagi menjadi dua, yaitu
estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menguraikan dan
melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan. Estetika normatif
mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan.
a.
Perihal Keindahan
Mortimer Adler mengatakan bahwa
keindahan adalah sifat dari sesuatu benda yang member kita kesenangan yang
tidak berkepentingan yang bisa kita peroleh semata-mata dari memikirkan atau
melihat benda individual itu sebagaimana adanya.
Immanel Kant member definisi keindahan
sebagai sesuatu yang menyenangkan tidak melalui kesan ataupun konsep, melainkan
dengan kemestian yang subjektif dalam suatu cara yang seketika, semesta, dan
tidak berkepentingan.
b.
Macam-Macam
Keindahan
Keindahan memiliki ragam yang banyak, ia
dapat mencangkup keindahan Tuhan, jagad raya, ketertiban gagasan, ketertiban
moral, dan ditambah ketertiban dalam alam dan ketertiban dalam seni. Menurut
Adolf Zeising, 6 kategori keindahan disusun sebagai: murni indah, agung,
tragis, humoristis, komis, menarik.[13]
5. Cabang-Cabang
Khusus Filsafat
a.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi
filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara
keseluruhan, yakni :
- Sebagai
alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
- Mempertahankan,
menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.
·
Memberikan pengertian
tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
·
Memberikan ajaran
tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
·
Menjadi sumber
inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
b.
Filsafat Ilmu khusus
·
Interdisipliner adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang
langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan
penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
·
Filsafat Ilmu fisika.Fisika (Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan
φύσις (physis), "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam
makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi
dalam lingkup ruang dan waktu.
·
Filsafat Biologi.Filsafat biologi adalah ilmu yang mempelajari
aspek fisik kehidupan. Istilah "biologi" dipinjam dari bahasa
Belanda, biologie, yang juga diturunkan dari gabungan
kata bahasa Yunani, βίος, bios ("hidup")
dan λόγος,logos ("lambang", "ilmu").
·
Filsafat Ilmu Sosial. Filsafat ilmu soaial adalah sekelompok disiplin akademis yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan
lingkungan sosialnya.
·
Filsafat Liungistik. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai
kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat
bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat
bahasa sehari-hari.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metafisika adalah studi
atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan
atau keberadaan.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
struktur, metode, dan
sahnya(validitas) pengetahuan.
Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh. teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh.
Etika adalah ilmu yang mempelajari
segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup semua manusia, teristimewa
yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan
dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Ada
tiga macam etika.
Estetika adalah cabang filsafat yang
memperkenalkan seni dan keindahan.
Logika adalah suatu pertimbangan akal
atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
[12] Rachmat Aceng, Filsafat Ilmu
Lanjutan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal.154-155
izin referensi.. matur suwun..
BalasHapus