DIALOG ANTARA BERINGIN DAN RUMPUT LIAR
(karya
mardhiah MZ)
Aku….
Sang beringin nan agung
Tertera elok ditaman impian
Bak peneduh kehalpaan.
Aku….
Rumput-rumput yang kusam
Menari ditepian sang beringin nan megah
Mengikuti serpaan angin yang menggoyang tubuhku
Kita…
Sang beringin dan rerumputan liar
Berkarya,mengindahkan semua tatapan
Menyongsong kesempurnaan sang mega
Mereyup rindang melukis banyak cerita
Bersama, kita
tanamkan keagungan
Ciptakan ukiran
terindah
Tak peduli
meskipun aku hanya rumput liar
Perselisihan
telah menyatu
Mewujudkan
keselarasan yang ku kira abadi
Ternyata, analisisku salah
Hanya dalam sekejap kedipan mata,
Dunia mulai tergoncang
Semua tlah ternoda
Melerai berbagai cinta kasih
Menumbuhkan ego keangkuhan
Beringin yang semula perkasa
Menjadi moster besar yang menakutkan
Rela menggantikan sahabat kecilnya
Dengan kerikir yang tajam
Rumput-rumput menelangah
“tak mengapa wahai sang beringin,
Aku rela engkau berpaling
Namun, aku tetap menunggu,
Menunggu kau kembali”.
Sekarang, kau memanggilku rakyat jelata
Rakyat yang tak
berarti
Rakyat yang
hanya bisa menyusahkan mu
Namun, aku akan
tetap menjadi diriku sendiri
Yang selalu
setia menanti
Kembalinya
sinar sang surya
Waktu terus bergulir pada masa yang tercela,
Sekarang,
Engkau menggantikan kerikil itu dengan beton nan kasar
Tak pernah menetap akan satu kasih yang kau punya
Selalu ingin lebih..
Itulah engkau sang beringin nan agung
Engkau bagai
kecupan sang surya
Yang berubah menjadi ninja penghancur cerita
Engkau bagai pelangi
Yang berubah menjadi kekelamam
Itu akan menjadi sebuah nestapa
Sadarkah engkau,
Masih ada ribuan tanaman yang lebih kecil darimu
Yang perlu engkau lindungi
Sadarlah duhai beringin nan agung
Seharusnya, kau menjadi penyejuk hati yang tercela.
Sekeping emas telah merubahmu
Menjadi sepucuk kedustaan yang menyeramkan
Biarlah aku hanya menjadi rerumputan
Asal aku bisa membagkitkan senyum semua insane
Manjadi penyejuk bagi yang menolehku
Biarpun aku kecil, dan tak sepadan denganmu
Aku juga mempunyai impian yang mulia
Tuk mengukir senyum indah di bibir mereka
Rumput-rumput menelangah,
“duhai sang beringin nana gung,
Janganlah engkau hinakan kami
Janganlah engkau menelaah kami
Engkau boleh menggantikan kami dengan beton itu
Tapi, ijinkan kami tetap tinggal,
Ditanah air kami.
puisinya bagus banget. ditunggu ya puisi selanjutnya
BalasHapuswahh terima kasih mba. stay tune ya dear...
Hapus